anda pingin amal shodaqoh,,,?

PEMIMPIN SEJATI MENGANUT KONSEP ISLAMI, TARBAWI DAN MA’HADI

PEMIMPIN SEJATI MENGANUT KONSEP ISLAMI, TARBAWI DAN MA’HADI

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.


Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Hampir di setiap pemilihan pemimpin negara baik presiden, gubernur, pemimpin maupun pemimpin rendahan lainnya di Indonesia selalu berakhir dengan kontroversi. Masalah seputar kepemimpinan selalu manjadi pembicaraan hangat dalam keseharian kita. Pemimpin adalah sebuah kata yang sangat urgen untuk selalu kita bahas. Mengapa demikian? Karena pemimpin merupakan factor penting di dalam sukses, berhasil dan gagalnya suatu organisasi atau suatu kelompok kecil seperti keluarga sampai tingkat pemerintahan. Baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, social, politik, pemerintahan Negara dan lain-lain. Tidak hanya kuantitas tapi juga kualitas seorang pemimpin sangat menentukan keberhasilan suatu lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Sebab pemimpin dan manajer yang sukses, berhasil itu mampu mengelola dan mengembangkan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta memberikan perilaku dan sifat-sifat benar yang harus dikerjakan bersama-sama (kerja sama).

Yang menjadi masalah kita hari ini dan yang akan datang ialah pemimpin yang bagaimanakah yang cocok dan sesuai dengan jaman yang penuh dengan masalah dan kemajuan teknologi sekarang ini? Mengapa pemimpin sekarang tidak bisa diandalkan? Pemimpin sekarang masih memperdulikan dirinya sendiri dengan kata lain egoisme yang tinggi, tidak memperdulikan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, yaitu memimpin orang lain dan mengedepankan kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri. Dari pemimpin yang disebut pemimpin abadi dan pemimpin yang masih harus kita teladani yaitu pemimpin umat manusia yang bernama Muhammad Saw. Sebuah contoh sempurna bagi kepemimpinan yang dipatuhi tidak hanya di jamannya tetapi sampai hari kiamat, bahkan masih membela umatnya di hari pengadilan nanti, itulah kepemimpinan pribadi Rasulullah Muhammad SAW. Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS. Al-Ahzab : 21).

Kita bisa meneropong kebesaran beliau hanya dari kejadian-kejadian keseharian beliau beserta para sahabatnya yang mulia. Kisah-kisan sederhana yang kemudian menjadi amat mengharukan. Rasulullah adalah teladan sempurna kita. Figur seorang pemimpin yang sangat dekat dengan siapa saja dalam kesehariannya. Walaupun beliau ada juga pemimpin mereka, Rasul sangat menghormati para sahabatnya dan tidak pernah mempermalukan atau mengina mereka sedikit pun.

Kebesaran jiwa kepemimpinan beliau dapat kita telaah pada kisah-kisah biasa yang menjadi sangast luar biasa, seperti ketika suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak mendapat tempat duduk ketika menghadiri majelis. Ketika Rasulullah mengetahui hal tersebut, beliau langsung mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Namun Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang. “Wahai Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku, “komentar Abdullah. Pemimpin mana di dunia ini yang memberlakukan timbangan keadilan dan hukum bagi dirinya sendiri? Lain halnya dengan Rasulullah. Walaupun beliau adalah seorang penguasa tunggal yang sangat disegani sekaligus dipatuhi telah menorehkan sebuah memori indah bagi penguasa-penguasa yang hidup di jaman ini.

Suatu ketika menjelang akhir hayatnya, Nabi SAW berkata kepada para sahabat, “Mungkin Allah akan memanggilku sebentar lagi. Akuk tak ingin di padang mahsyar nanti, ada di antara kalian yang menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, katakanlah!” Para sahabat terdiam. Tiba-tiba ada seorang sahabat yang bangkit dan berkata, “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat akan pergi berperang, engkau meluruskan posisiku dengan tongkatmu. Aku tidak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tetapi aku ingin menuntut qishash hari ini.” Sahabat-sahabat yang lain terpana dan merasa heran ada yang berani berucap demikian. Umar RA langsung berang dan berdiri untuk mencegah sahabat yang menuntut qishash tersebut. Namun Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh Bilal RA mengambil tongkat ke rumah Nabi SAW. Aisyah RA yang berada di rumah Nabi merasa heran ketika Bilal datang untuk mengambil tongkat atas perintah Nabi. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran. Mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekat itu setelah semua yang Rasul berikan kepada mereka? Rasul memberikan tongkat tersebut kepada sahabatnya itu seraya menyingkapkan bajunya sehingga telihatlah perut Nabi. Nabi berkata, “Lakukanlah!”. Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, ” Susungguhnya tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Barang siapa ingin melihat calon penghuni surga, maka lihatlah kepada orang ini.” Lihat pula betapa besarnya kesabaran dan kasih sayang beliau kepada umat yang dipimpinnya.

Dalam keadaan lelah dan bersimbah darah karena ajakan dakwah yang berbalas hujan batu dan kejaran, ternyata hal tersebut tidak menjadikan beliau putus asa, pendek akal dan kemudian mendendam. Malah beliau larut dalam doa yang begitu amat mesranya kepada Allah SWT. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah SAW sehingga Jibril AS datang dan memberikan salam kepada beliau, dan berkata, “Allah mengetahui apa yang terjadi dalam pembicaraanmu dengan kaummu, dan Allah mendengar jawaban mereka terhadapmu, dan Dia telah mengutus satu malaikat yang bertugas mengurusi gunung-gunung kepadamu untuk melaksanakan apa saja perintah yang diinginkan olehmu.” Setelah malaikat itu datang dan memberi salah kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Apa yang engkau perintahkan akan saya lakukan. Jika engkau suka, saya sanggup membenturkan kedua gunung di samping kota ini bertubrukan sehingga mengakibatkan siapa saja yang tinggal di antara keduanya mati tertindih.

Kalau tidak, apa saja hukuman yang engkau inginkan saya siap melaksanakannya.” Sekali lagi tidak ada dendam. Yang ada malah doa tulus agar Allah mengampuni mereka dan permohonan hidayah kepada mereka karena bagi beliau semua itu mereka lakukan karena ketidaktahuan mereka. Rasulullah SAW yang mempunyai sifat pengasih dan mulia itu menjawab, “Saya hanya berharap kepada Allah SWT. Jika mereka tidak menjadi muslim, semoga pada suatu hari nanti anak cucu mereka akan menjadi orang-orang yang menyembah Allah.”

Sebagai pelaksana dari konsep beriman kepada Allah lalu diiringi dengan istiqamah (keteguhan dalam iman), sang Rasul memperlihatkan keperkasaan karakter yang mampu mengatasi sakit karena dihujani batu. Ia bertahan menanggung hinaan dan ejekan, dan berani menghadapi kesulitan hidup karena pemboikotan. Bahkan ketika darah mengucur dari kepalanya yang terluka, pendiriannya tak pernah goyah, dan tekadnya tetap membaja. Ia tidak mengadu kepada Allah, namun hanya berdoa, “Ya Allah, beri petunjuk kaumku karena mereka itu tidak mengetahui (perkara yang aku bawa).”

Kepemimpinan beliau adalah perpaduan antara kasih sayang dan ketegasan. Berpihak kepada rakyat dan pengikut setianya dan tidak pernah bisa didikte oleh musuh-musuhnya. Model pemerintahan seperti inilah yang membuat pemerintahan beliau menjadi sangat berwibawa, membawa pengaruh baik dalah daerah kekuasaan sekaligus menjadikan pemerintahan beliau sangat disegani oleh musuh-musuh dan lawan-lawan politik beliau. Kepemimpinan berbasis keteladanan, keadilan, dan kasih sayang.

Konsep apakah yang dimiliki oleh seorang Muhammad Saw sehingga dia diberi kepercayaan untuk menjadi seorang pemimpin sejati yang selalu memegang teguh tanggung jawab dan amanah yang diembannya baik di dunia dan di akhirat nanti. Konsep islami, tarbawi dan ma’hadilah yang selalu ada pada diri Muhammad Saw.

DEFINISI

Sebelum kita membahas konsep yang diterapkan oleh Muhammad saw kita akan membahas dan mengetahui lebih dahulu yaitu difinisi dan pemimpin itu sendiri. Banyak sekali difinisi atau pengertian-pengertian yang diungkapkan oleh para ahli dalam bidang kepemimpinan. Dan banyak juga buku-buku yang membahas dan menjelaskan secara mendetail tentang kepemimpinan itu sendiri.



Diantara para ahli mengungkapkan bahwa pemimpin ialah sebagai berikut:

1. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
2. Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
3. Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
4. Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
5. Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.

Sedangkan menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
2. Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
3. Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Ada juga difinisi kepemimpinan atau pemimpin adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281). Hal ini seorang pemimpin memberikan masukan atau suatu kerjasama yang dilakukan untuk memenuhi tujuan yang akan dicapainya. Kepemimpinan juga bias berarti suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). Pemimpin adalah sebagai pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

Jadi seorang pemimpin haruslah mempunyai modal baik itu intelektual maupun spiritual untuk dapat mempengaruhi bawahannya baik itu langsung maupun secara tidak langsung sehingga tercapailah tujuan yang diharapkan.

Seorang pemimpin adalah suatu pengendali dan suatu yang dapat mempengaruhi sesuatu yang dibawahannya. Sehingga banyak dapatkan definisi dari pemimpin itu sendiri. Jika seorang pemimpin ingin meraih kesuksesan dan meraih tujuan yang diharapkan maka pemimpin harus dan wajib memenuhi prinsip-prinsip yang harus dimilikinya. Diantara prinsi-prinsip yang harus dimiliki sebagai seorang pemimpin ialah prinsip sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.

Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Kata Stephen R. Coney mengatakan bahwa Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut, ada prinsip-prinsi yang diutarakan oleh Stephen R. Coney diantaranya:

1. Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

1. Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

1. Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.

Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;(1). Percaya pada orang lain. Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian. (2). Keseimbangan dalam kehidupan. Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat. (3). Melihat kehidupan sebagai tantangan Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif.

Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan. (4) Sinergi. Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja. (5) Latihan mengembangkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:

1) Pemahaman materi

2) Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;

3) Mengajar materi kepada orang lain

4) Mengaplikasikan prinsip-prinsip

5) Memonitoring hasil

6) Merefleksikan kepada hasil

7) Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi

8) Pemahaman baru dan

9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Seorang pemimpin haruslah pengerti dan memahami materi yang diembannya sebagai seorang pemimpin setelah dia mengerti dan memahami materi yang sudah menajdi kewajibannya maka di aharus banyak dan memperluas materi dengan cara belajar dan pengalaman yang dimilikinya. Setelah mengusai materi yang sudah ada dia harus mengajarkannya agar materi yang dimilikinya tidak terbuang sia-sia dan mengaplikasikannya setelah itu merefleksikannya dengan hasil yang diperoleh.

Untuk menambah daya potensi baik buat pemimpin maupun yang dipimpin dengan cara menambah pengetahuan baru yang diperlukan dan pemahaman baru dan menjadi diri sendiri lagi.

Menjadi diri sendiri adalah proses untuk mengembangkan kekuatan pribadi dan hal ini lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

Setelah kita mengtahui definisi dan prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin maka hal yang harus diperhatikan adalah konsep yang diterpakan sebagai seorang pemimpin jika ingin dan mengharapkan cita-cita dan tujuan yang sudah direncanakan maka seorang pemimpin harus mempunyai konsep sebagai berikut:

1. Islami
2. Tarbawi
3. Ma’hadi
4. 1. ISLAMI

Seorang pemimpin jika serius dalam kepemimpinannya maka dia harus mempunyai jiwa yang islami dalam artian islami ialah seorang pemimpin mengerti akan agamanya yaitu islam. Islam agamanya yang sangat luas maka perlu proses panjang dalam memahami dan mengerti terhadap kandungan baik itu melalui al-quran maupun sunnah nabi. Seorang pemimpin haruslah memahami hukum-hukum dalam islam seperti yang dicontohkan oleh rosullullah Saw.

Banyak sekali keistimewaan yang dapat dipaparkan yang berkaitan dengan pola kepemimpinan Rasululluh. Diantaranya keistimewaan nabi Saw yang menjadi pola seorang pemimpin ialah sebagai berikut:

1. Pemimpin yang zuhud.

Gambaran ini dapat kita simak dari salah satu riwayat, Rasulullah bersabda, "Tuhanku telah menawarkan kepadaku dengan menukar bukit-bukit di Mekkah menjadi emas. Tetapi aku mengatakan kepadaNya : Ya Allah, aku lebih suka makan sehari dan lapar pada hari berikutnya, jika aku dalam keadaan lapar, maka aku akan mengingatMu. Dan jika aku dalam keadaan kenyang, maka aku pun dapat memujiMu serta bersyukur atas nikmat-nikmatMu."

1. Pemimpin yang amanah dan profesional.

Rasulullah pernah bersabda bahwa pemimpin adalah pelayan umat. Sikap amanah dan profesional Rasulullah ini diikuti oleh khalifah Abu Bakar. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar RA adalah seorang pedagang kain, beliau selalu sibuk dengan dagangannya itu. Setelah beliau baru dilantik menjadi khalifah, pada esok harinya dengan membawa beberapa helai kain di tangannya, beliau berjalan menuju pasar untuk berjualan seperti biasa. Ketika itu beliau berjumpa dengan sahabat Umar RA. Umar bertanya kepadanya, "Mau pergi ke mana engkau?" Abu Bakar RA menjawab, "Saya akan pergi ke pasar." Lalu Umar berkata lagi, "Jika kamu menyibukan diri dalam perdagangan di pasar, maka siapakah yang akan menjalankan tugas-tugas khalifah?"Kemudian Abu Bakar menjawab, "Lalu bagaimana saya harus membiayai keluarga saya?" Umar berkata, "Marilah kita menjumpai Abu Ubaidah RA (Julukan Rasululllah sebagai penjaga amanah Baitul Mal) agar ia menentukan uang gajimu." Keduanya pun menjumpai Abu Ubaidah RA lalu ditetapkan tunjangan gaji bagi Abu Bakar sama dengan yang biasa diberikan kepada seorang Muhajirin, tidak kurang dan tidak lebih.

Pada suatu hari, istrinya berkata kepada Abu Bakar RA, "Saya ingin membeli sedikit manisan." Abu Bakar menjawab, "Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya." Istrinya berkata, "Jika engkau ijinkan, saya akan mencoba untuk menghemat uang belanja kita sehari-hari, sehingga saya dapat membeli manisan itu." Akhirnya Abu Bakar pun menyetujuinya. Maka mulai saat itu, istri Abu Bakar menabung sedikit demi sedikit uang belanja mereka setiap hari.

Beberapa hari kemudian, uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan oleh istrinya. Setelah uang itu terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut. Namun Abu Bakar berkata, "Nampaknya dari pengalaman ini, ternyata uang tunjangan yang kita peroleh dari Baitul Mal itu melebihi keperluan kita." Lalu Abu bakar RA mengembalikan lagi uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul Mal. Dan sejak hari itu, uang tunjangan beliau telah dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat oleh istrinya.

1. Pemimpin yang dicintai Allah.

Ada perbedaan yang signifikan antara sikap Allah terhadap kepemimpinan Nabi SAW dengan kepemimpinan Nabi-nabi sebelumnya. Perbedaan sikap itu dapat kita temukan dari beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh. Nabi Musa AS Bermohon kepada Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon agar Allah memudahkan segala persoalannya. "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku." (QS. Thaha : 25-26). Sedangkan Nabi Muhamad SAW memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam Nasyrah, "Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" (QS. Alam Nasyrah : 1).

Akhirnya, mencermati keistimewaan Rasulullah sebagai pemimpin, seharusnya kita dapat memetik hikmah dari beliau dan diterapkan dalam kehidupan keseharian. Seorang pemimpin haruslah mengerti akan agamanya sehingga dia memimpin suatu organisasi maupun perusahaan tidak asal-asalan dan sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam. Hal inilah yang harus kita ketahui bersama, sudah adakah pemimpin yang sudah mengerti agama islam dengan kaffah dan mengaplikasikannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun mengaplikasikannya dalam kepemimpinannya.

Selain itu seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat-sifat yang islami seperti yang dimiliki oleh nabi Saw. Bagi seorang muslim, seharusnya teladan kita, panutan kita bahkan idola kita adalah Rasulullah SAW. Beliau dengan sangat teliti dan hati-hati mencontohkan semua perbuatan baik dan menjauhkan diri dari melakukan perbuatan buruk dengan sangat teliti dan jelas.

Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun. Empat sifat ini meliputi sebagai berikut:

1) Siddiq(jujur)

2) Amanah(bisa dipercaya).

3) Tabligh(Menyampaikan yang benar)

4) Fathonah(Cerdas).

Siddiq (Jujur)

Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasul baik kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya (Semoga kita juga meneladaninya). Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar. Sifat jujur sangat urgen yang harus dimilki dan harus mendarah daging bagi seorang pemimpin. Karens sifat jujur inilah yang akan menciptakan suasana yang harmonis antara pemimpin dan bawahannya (yang dipimpinnya).

Amanah (Bisa Dipercaya).

Sifat ini ditanamkan khususnya kepada para sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa berbuat amanah, tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang) dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarnag menjadi sangat langka di negeri muslim sekalipun (miris). Pemimpin sekarang haruslah mempunyai sifat uyang mudah dan bias dipercaya oelh bawahannya sehingga pemasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan tanpa adanya konflik karena saling adanya rasa percaya.

Selain itu pemimpin harus selalu mengemban amanah yang sudah diberikan kepadanya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Tabligh (Menyampaikan yang Benar).

Ini adalah sebuah sifat Rasul Saw untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri. Subhanallah. Sehingga pemimpin yang diharapkan haruslah transparan terhadap tanggung jawab dan pekerjaan yang dilakukannya. Agar bawahannya mengetahui apa yang ada dan menjadi permasalahan sehingga dapat dipecahkan bersama-sama dengan bermusyawarah dan mufakat.

Fathonah (Cerdas).

Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat. Cerda dalam arti luas, cerda dalam ilmu pengtahuan dan juga teknologi yang sudah mendarah daging bagi kita semua. Dan yang lebih penting ialah cerdas membaca situasi dan kondisi yang dialami oleh rakyak atau yang dipimpinnya alias bawahannya.

Dengan mengenal beberapa sifat tadi, kita mungkin bisa sedikit mengerti kenapa Seorang Rasulullah yang ummi (tidak bisa membaca) mampu menjadi seorang Nabi, Rasul,Kepala Keluarga, Ayah, Suami, Imam Shalat, Pimpinan Umat, Pimpinan Perang menjadi sangat sukses dalam setiap hal yang beliau geluti. Semoga menjadi landasan bagi kita dan para pemimpin muslim untuk mampu meneladani apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Dengan adanya pemimpin yang penuh dengan ilmu dan pengetahuan serta pemahaman yang kaffah terhadap agama islam dibarengi dengan sifat-sifat yang penuh dengan arti dalam kehidupan sebagai pemimpin diharapkan pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang diinginkan dan dicita-citakan oleh semua umat baik kalangan bawah maupun kalangan atas, baik itu kalangan orang-orang miskin dan kalangan orang-orang kaya.

Banyak sekali syarat menjadi seorang pemimpin sejati, tidak hanya mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas namun juga disini seorang pemimpin dituntut mempunyai sifat-sifat yang sudah menjadi teladan nabi Saw baat kita semua. Belum lagi konsep yang kedua yang harus dimiliki seorang pemimpin ialah dia harus seorang yang tarbawi. Apa yang dimaksud dengan tarbawi dan apa saja yang ada didalamnya? Penjelasan selanjutnya akan membahas apa itu tarbawi dan bagaimanakah seorang pemimpin yang tarbawi itu?

1. 2. TARBAWI

Pendidikan merupakan solusi yang tepat. Sebagai umat islam, Agama yang diridhoi Allah Swt. Jangan sampai kita kembali dalam lubang kokolotan dan kejumudan dalam kehidupan. Oleh karena itu pendidikan perlu digalakkan ketika zaman keemasan mulai muncul. Asas utama yang harus melatar belakangi semua bentuk pemikiran dan kerangka tindakan generasi muda di dalam mengembalikan zaman kememasan peradaban Islam ialah pendidikan.

Usaha yang bersepadu dalam menyantuni sistem pendidikan yang mewujudkan pencerahan pemikiran dan menyanjung tingginya akhlak harus menjadi yang utama dalam menyanjung Islam dengan segala nuansa kehidupan walaupun di tengah-tengah kemajuan sains dan teknologi barat.

Oleh karena itu kehidupan berbudaya perlu digalakkan. Budaya apa saja yang dapat mencemerlangkan dan dapat mengangkat derajat bangsa dan agama Islam. Terutama dapat mengangkat derajat sebagai seorang pemimpin sejati. Ada empat budaya kecermelangan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemimpin dan mensukseskan cita-cita yang sudah direncanakan. Empat budaya tersebut adalah sebagai berikut:



1) Budaya ilmu

Seorang pemimpin senantiasa dalam suasana keilmuan dalam setiap kesempatan. Seorang pemimpin haruslah peka dan senang terhadap budaya ilmu sehingga dia haruslah menciptakan suasana yang bersifat tarbawi (pendidikan). Baik itu dalam proses kepemimpinannya dan juga dalam mengatur dan mengelola organisasi atau perusahaannya yang dipimpinnya.

2) Budaya beragama

Budaya beragama ini harus ditanamkan mulai dari tingkat kecil seperti keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat sampai tingkat pemerintahan. Budaya agama atau kebiasaan agama yangsudah ditanamkan di lingkungan keluarga akan menumbuhkan sikap dan perilaku serta sifat-sifat yang sesuai dengan ajaran agama islam. Sehingga mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas sudah tertanamkan budaya-budaya agama. Seperti contoh kecil saja budaya makan, ajaran agama islam mengajarkan seseorang untuk memulai sesuatu itu dengan membaca basmallah begitu juga makan. Contoh yang tampak dari seorang pemimpin ialah seperti seorang pimpinan rapat, dia mengawali rapat atau musyawarah dengan bacaan basmallah sehingga hasil yang didapat dari permulaan yang diawali dengan bacaan basmallah akan mendapat pertolongan dan kemudahan dari Allah. Dan senantiasa merujuk dan beramal dalam rangka sebagai hamba Allah Swt.

3) Budaya berkepemiminan

Budaya hidup berorganisasi adanya pemimpin dan pengikut. Didalam islam telah diajarkan bahwa kita sebagai manusia diciptakan di muka bumi ini sebagai kholifah Allah untuk menjaga dan mengelola serta memelihara bumi dan isinya untuk kesejahteraan hidup manusia. Selain kita menjadi kholifah kita juga harus siap menjadi hamba yaitu siap dipimpin oleh seorang pemimpin. Budaya ini haruslah mendarah daging bagi kita. Sehingga kita menjadi makhluk Allah yang siap menjadi pemimpin dan juga siap menjadi yang dipimpin. Maka tercapailah tujuan kita bersama yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

4) Budaya berjati diri.

Kenal akan sejarah bangsa, kekuatan, kelemahan bangsa. Hidup sebagai bangsanya, beramal dan mempertahankan identitas bangsanya. Dan juga mengenal sejarah islam mulai dari nabi adam sampai nabi Muhammad serta para mujahidin yang telah berkorban membela agama islam. Mendidik dan membudayakan berjati diri inilah yang akan menumbuhkan rasa cinta terhadap agama dan juga terhadap bangsa dan Negara sehingga tidak akan berbuat yang melanggar akan peraturan yang sudah ditetapkan baik itu oleh agama maupun peraaturan yang sudah ditetapkan oleh bangsa dan Negara.

Selain pendidikan sektor materiil (ilmu pengetahuan dan teknologi), pendidikan di sektor pemikiran dan ruhani perlu ditamankan kepada para pemuda agar dapat menyeimbangi besarnya arus globalisasi dan menjaga mereka agar tidak terjebak dalam jurang hedomisme dan pemikiran yang menyesatkan. Sebagai contoh, ada enam arah (sisi) pendidikan yang diterapkan oleh Ikhwanul Muslimin kepada para pemudanya. Keenam arah tersebut diceritakan oleh DR. Yusuf Qordhowi dalam bukunya, Tarbiyah Islamiyah Wa Madrasah Hasan Al-Banna. Keenam arah tersebut adalah :

1. Sisi pemikiran.

Berfikir bahwa ajaran Islam adalah ibadah, meminta petunjuk adalah kewajiban, menuntut ilmu wajib, dan berfikir bahwa jumud adalah suatu yang hina, dan taqlid adalah tercela.

1. Sisi akhlaq.

Sisi inilah yang sangat diperhatikan karena sebagai awal perubahan hidup bermasyarakat. Karena sisi akhlak inilah yang akan mengarahkan kita menajdi manusia yang bermoral atau manusia tanpa adanya moral yang hidup dengan kebebasan.

1. Sisi jasmani.

Sisi jasmani ini jugalah sangat penting dan menunjang dalam proses pengembangan pendidikan dan peningkatan potensi sebagai pemimpin. Dengan cara olahraga, hidup disiplin mulai dari makan teratur, istirahat secara teratur, belajar dan selalu menjaga kesehatan.

1. Sisi jihad.

Yang maknanya lebih luas dari pada kemiliteran. Jihad disini bukan hanya berarti perang dengan kaum kafirin dan kaum yahudi akan tetapi jihad disini ialah siap membela agama dan siap rela berkorban baik itu harta, tahta, maupun nyawa. Jihad yang paling besar disini ialah melawan hawa nafsu. Maka dari itu tanamkanlah sifat-sifat jihad dalam arti siap membela agama Allah dimana dan kapan saja dan siap berkorban mulai dari harta, tahta dan juga nyawa. Seorang pemimpin sangat dianjurkan mempunyai sifat-sifat jihad.

1. Sisi sosial.

Sisi sosial meliputi kemampuan seorang pemimpin bersosial terhadap bawahannya, selalu menjaga nama baik dan sikap baik dengan bawahannya, sehingga terciptalah kerukunan antar pemimpin dan juga yangdipimpin.

1. Sisi politik.

Yang berhubungan dengan masalah hukum, Undang-undang, hubungan pemerintah dan rakyat, dan hubungan intyernasional (Diplomasi). Ada tiga pelajaran penting dalam pendidikan politik dalam Ikhwan Muslimin. Satu, pentingnya kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan; dua, kesadaran dalam menegakkan hukum Allah Swt di muka bumi, tiga, kesadaran untuk menyatukan umat dalam satu ikatan persaudaraan.

Jika kedua sisi pendidikan yaitu pendidikan pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan ruhani dan pemikiran dapat berjalan dengan seimbang, maka tidak diragukan lagi akan dapat melahirkan generasi-generasi yang unggul dan siap berkancah dalam segala area kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar

face book