anda pingin amal shodaqoh,,,?

MEMPERKUAT AQIDAH ISLAM DALAM MENGHADAPI SERANGAN PEMIKIRAN KRISTEN

MEMPERKUAT AQIDAH ISLAM DALAM MENGHADAPI SERANGAN PEMIKIRAN KRISTEN
Oleh: Irwan Maulana Hidayat
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan bergama islam.” (QS. Ali imron: 102)
Kita sebagai umat islam diwajibkan untuk selalu bertaqwa kapada Allah dimana, dan kapanpun kita berada. Dewasa ini banyak sekali musuh islam yang gencar-gencar menerapkan serangannya demi menghancurkan umat islam baik itu serangan melalui pemikiran, moral, budaya dan ekonomi. Musuh islam tidak akan menyerah dalam menghancurkan dan memecah belah kaum muslim oleh karena itu kita harus mengetahui terlebih dahulu konsep-konsep pihak musuh terutama pemikiran kristen. Sebelum mengetahui pemikiran–pemikiran dan konspep-konsep kristen maka kita mulai dari sejarah kristen itu sendiri.
Sejarah Kristen
Pada masa kejayaan Romawi pada pemerintahan Kaisar Augustus, di perkampungan Galilea di Nazareth, dari pasangan orang tua Yahudi lahirnya seorang anak yang diberi nama Yesus (Isa). Walaupun berasal dari daerah perbatasan namun agama baru yang diturunkan dari seseorang yang bernama Yesus ini, mengguncangkan keadaan politik Romawi dan bahkan mengubah pemerintahan Romawi dari pemerinahan sipil ke pemerintahan berdasarkan spiritual.
Saat itu di Palestina, orang-orang yahudi banyak mengalami penindasan dan kekejaman dari bangsa Romawi. Dalam penderitaan itu orang-orang Yahudi memimpikan dan menantikan kemunculan Messiah dan jaman baru bagi orang-orang Israel. Oleh karena itu mereka tetap mengikuti bimbingan para pendeta mereka dan mengikut ajaran Musa untuk bertahan dari segala tekanan terhadap meraka, Dalam situasi tertekan seperti itu rakyat rendahan dari Nazarethlah yang dikatakan ditakdirkan sebagai pembawa ajaran Kristen
Agama Kristen kemudian menjadi kekuatan katalis dalam sejarah yang pengaruhnya tidak diperkirakan sebelumnya. Keberadaannya menjadi semangat kreatif tetapi sayangnya mereka dimusuhi oleh teman-temannya juga oleh musuh-musuhnya. Idealisme yang dibawa harus berhadapan dengan institusi yang lebih tua dan kuat. Penulis mengutip dari Hart,1931 bahwa kejadian ini mirip dengan yang dialami Socrates sebelumnya di Athena. Namun kemudian selama 20 abad kemudian kekuatan baru ini mendominasi peradaban dan budaya di seluruh dunia bara dan mempengaruhi teori dan praktek dalam kehidupan dan pendidikan
Kristen merupakan agama yang lahir dari penindasan dan kekejaman dari bangsa romawi, kemudian muncullah agama kristen untuk mengeluarkan orang-orang dari penderitaan tersebut. Sehingga dengan semangat baru dan diriiringi dengan bimbimngan dari beberapa pendeta dan mengikuti ajaran Musa untuk bertahan dari tekanan dan penderitaan dari bangsa Romawi.
Penyebaran Agama Kristen
Agama Kristen berusaha menyelesaikan dilema dalam berkonfrontasi dengan peradaban pagan yang banyak dianut saat itu. Yaitu bagaimana menyelaraskan kebebasan individu dan keinginan pribadi namun tetep mempertahankan stabilitas sosial untuk mempertahankan bangsa dan negara. Agama kristen memberikan kekuatan etika baru, energi baru untuk seluruh manusia, humanitarianisme baru yang menyedikanan dasar pendidikan untuk semua dan organisasi sosial. Di awal penyebarannya agama kristen memberikan kontribusi etika sebagai berikut:
1. Moral pribadi ideal yang diliputi kebajikan berupa ketulusan, kejujuran kebenaran dan kesucian
2. Tanggung jawab sosial yang ideal yang berdasarkan pada persaudaraan, kekeluargaan, loyalti, kebaikan, keramahan, mengutamakan kepentingan orang lain dan ketidakegoisan. Semangat idelisme itu akhirnya bisa meminimalkan perbedaan kelas dan ras, kedudukan wanita bisa ditingkatkan dan kedudukan anak menjadi disucikan. Hak-hak asasi diakui sebagaimana tugas dan kewajiban.
Pada awal penyebaran agama Kristen masih terjadi perbedaan pendapat dan salah paham antara para murid dan pengikut Yesus mengenai konsep pendidikan Kristen. Dalam pembahasan ini berikut akan dibedakan Konsep pendidikan Kristen menjadi dua sub pokok bahasan:
1. Sikap dan Kebiasaan Yesus dalam mendidik
2. Masa awal gereja Kristen
Dalam penyebaran agama kristen perlu kita ketahui dan kita ambil semangatnya. Semangat dari penyebaran agama kristen haruslah kalah dengan penyebaran agama kita yaitu agama islam. Agama kristen dalam menyebarkan dan mempromosikan agamanya melalui konsep-konsep yang menyelaraskan dengan kepentingan incividu dan keinginan pribadi namun tetap mempertahankan stbilitas sosial untuk mempertahankan keutuhan bangsa dan negara. Di dalam islam konsep aqidah meliputi: tauhid, amaliyah dan syariat. Tauhid meliputi tauhid Rububiyah, Uluhiyah dan Asma’ dan Sifat . Kebutuhan kita terhadap aqidah adalah diatas segala kebutuhan dan kepentingan kita terhadap aqidah diatas segala kepentingan. Sebab tidak ada kebahagiaan, kenikamatan dan kegembiraan bagi hati kecuali beribadah kepada Allah (Robb dan Pecipta sesuatu).
Dalam kristen konsep keesaan ialah tentang trinitas. Apakah trintias Esa? Umat Kristen mengatakan mereka beriktiqad trinitas adalah Esa. Benarkah? Bahwasannya tirniotas itu adalah tiga bukan esa, dalam pembahsannya dan pembuktian. Untuk pembuktian dan pembahasannya kita akan mengambil dalil dari Bible dan kenyataan dari pendebat hebat Kristen yaitu CosmisBoy, Sonny dan Kefassimon. Sonny dan Kefassimon mengatakan Tuhan itu Roh. CosmisBoy mengatakan Tuhan itu Zat. Namun tidak seorangpun dari mereka berani mengatakan Tuhan itu sosok diri. Dan Sonny pula mengatakan Tuhan adalah hakikat dan trinitas adalah konsep, maka trinitas adalah Esa berdasarkan hakikat Tuhan yang satu, dan trinitas hanyalah pernyataan Tuhan.
Benarkah trinitas Esa kerana ia hanyalah konsep pernyataan diri Tuhan? Apakah trinitas bukan hakikat? Atau benarkah trinitas hanya konsep? Untuk menjelaskan hujah yang menegaskan trinitas adalah tiga, ia harus disusuri dari beberapa persoalan akar umbinya yang saling berkaitan, yaitu seperti berikut
Apakah Tuhan menurut kristen
Apakah Tuhan itu? ini adalah persoalan pertama yang harus diselesaikan secara tuntas. Menurut Kristen Tuhan adalah Zat tetapi bukan sosok diri (CosmisBoy). Jika Tuhan adalah sosok diri, maka Tuhan bersamaan dengan makhluk. Apabila ditanyakan apakah Zat itu, Zat itu adalah keberadaan Tuhan. Ertinya adanya Tuhan itulah Zat. Dan dikatakan pula pula Tuhan adalah Roh (Sonny dan Keafassimon) tetapi tidak ada jawaban apabila ditanya apakah Roh itu sosok diri. Dikatakan pula Roh itu ibarat intelektual (Kefassimon). Namun masih tiada penjelasan apakah hakikat Roh itu.
Membicarakan keEsaan Tuhan dikatakan menerusi hakikat dan konsep (Sonny). Hakikat adalah assensi dan konsep adalah substansi. Hakikat adalah Tuhan yang Esa dan trinitas adalah konsep pernyataan diri Tuhan. Maka keEsaan adalah berdasarkan hakikat bukan konsep. Dan ada kenyataan mengatakan Anak, Roh dan Bapa itu diri peribadi tetapi bukan Zat (CosmisBoy). Tetapi ia bukan tiga melainkan Esa, kerana trninitas adalah konsep bukan hakikat (Sonny). Tuhan dikatakan hakikat yang Esa kerana ia adalah kesepaduan unsur konsep. Ia ibarat manusia yang terdiri dari jasad, roh dan intelektual (Kefassimon). Oleh kerena kewujudan manusia (Tuhan) tidak ada wujud “manusia” kedua, maka Tuhan adalah Esa walaupun konsepnya trinitas.


Rangkuman dari konsep-konsep kristen
1. Tujuan
2. Tipe
3. Isi
4. Metode
5. Lembaga dan organisasi

• Tujuan
Yesus merangkum sasaran pengajarannya dalam kata-kata yang diucapkannya sendiri yang familiar di kalangan pengikutnya. Yesus mengajarkan doktrin baru dan simpel yang mempengaruhi filosofi pendidikan dan penerapannya dalam pengajaran. Doktrin ini salah satu dari doktrin yang paling revolusioner yang pernah menggerakkan dan mengubah pemikiran manusia.
• Tipe
Yesus menekankan moral training dengan menggunakan istilah yang suci sebagai tingkatan tertinggi dalam pendidikan etika. Prinsip moral yang tinggi di alam ini melewati batas kekewenangan dari para nenek moyang, kasta bahkan negara. Selain itu Yesus juga mengajarkan tentang religi dan hubungan manusia dengan Tuhan. Namun Yesus tidak menekankan pada cara melakukan ritual upacara keagamaan, beliau lebih menekankan pada keimanan terhadap Tuhan. Pendidikannya berbasis pada pengajaran yang bersifat universal dan demokratis. Beliau mengajarkan sendiri semua orang yang datang padanya yang memerlukan petunjuk. Beliau mengajarkan bahwa Tuhan itu untuk semua orang sehingga membebaskan pendidikan dari batasan bangsa dan ras. Selain itu dalam pengajarannya Yesus juga menekananya perlunya pendidikan bagi anak-anak.
• Isi
Esesi dari pengajaran Yesus ditemukan dalam beberapa halaman dari Sermon di Gunung. Yesus mempraktekkan apa yang beliur ajarkan dan hidup dengan ajarannya itu. Kehidupannya adalah kurikulumnya.
• Metode
Cara dan etika Yesus dalam memberikan instruksi pada murid dan pengikutnya menjadi contoh yang sempurna dalam metodologi pendidikan. Beliau mempunya instuisi yang tepat yang seoeauai dengan terori belajar dan prinsip-perinsip pengajarannya sekarang menjadi dasar keefektifan pengajaran. Yesus memberikan contoh konkrit dalam penerapan hidup dan hubungan manusia. Beliau secara berkesinmabungan menyesuiakan pengajarannya dengan pengalaman umum yangada. Beliau mengajar dengan merefer pada fenomena alam yang familiar. Yesus juga mengenal prinsip aktivitas pengajaran. Beliau smendorong murid-muridnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Beliau menggunakan kekuatan sugesti unuk menstimulai proses berpikir. Beliau juga mengenal prinsip perbedaan antar individu dan menyesuaikan metode pengajarannya sesuai kebutuhan , kondisi dan kapasitas orang-orang yang mendengarkan ajarannya. Motode pengajarannya adalah objektif, terus terang dan personal.Namun di atas segalanya beliau mengajar dengan keteladanan. Kehidupan beliau adalah penerangan yang paling baik bagi ajarannya. Beliau selalu mempraktekkan apa yang beliau ceramahkan.
• Lembaga dan Organisasi
Yesus tidak mengorganisasikan sebuah sekolah atau membentuk institusi khusus untuk menyebarkan ajarannya. Seperti halnya Socrates, Yesus tidak menulis apapaun, tidak menggunakan textbook walaupun dia banyak membaca dan mengutip literatur. Beliau lebih memilih berbicara pada orang-orang yang dia temui di manapun. Rumah, pantai, pinggiran sungai, jalan, puncak bukit pertemuan sosial dan pelayanan keagamaan adalah lembaga tempat beliau menyelenggarakan pendidikan. Beliau mengajar kapanpun dalam situasi apapun. Yesus juga buka guru profesional yang menarik upah dari pelayanannya. Lembaga paling efektif dalam setiap petunjuknya adalah pancaran kepribadiannya.
Setelah kita mengerti dan memahami konsep dari agama kristen mulai dari tujuan, sejarah, metode dalam peyebaran agama, lembaga dan organisasi yang didirikan maka kita harus selalu hati-hati dalam hal ini. Kita sebagai umat islam yang rahmatan lilalamien yang selalu mengajak kepada kebenaran dan kasih sayang agar selalu waspada dan selalu membenahi diri serta memperkuat aqidah kita agar selalu di jalan-Nya dan tidak mudah terpengaruh terhadap apa yang sudah diterapkan oleh konsep-konsep agama kristen.
Memperkuat aqidah kita dengan cara mendalami dan memahami ajaran agama islam dengan universal dalam artian mehamai islam dengan menyeluruh mulai dari hukum, muamalah, syariat dan hal yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah maupun orang di sekeliling kita. Mengerti akan pokok-pokok aqidah muslim seperti tauhid(syahadatullah), tauhid asma’ wa shifat, islam dien yang diridhoi Allah, syhadat rosul, kedudukan kita sebagai manusia, mengetahui sejarah islam, para sahabat, para nabi dan rosul, malaikat, hari akhir, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan amal ibadah kita seperti sholat, zakat, haji, puasa, perniagaan, mengetahui mana yang haram, halal, mubah, sunnah dan makruh serta menerapkan pada kehidupan sehari-hari .
Jikalau semua sudah kita pelajari dan kita pahami serta kita praktekan pada kehidupan sehari-hari maka kita tidak akan mudah terpengaruh oleh bisikan-bisikan kesesatan dari agama non islam. Dengan aqidah kuat yang kita miliki maka jadilah kita sebagai seorang muslim yang kaffah yang selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhui larangan-Nya dengan ilmu dan amal sholeh menuju kebahagiaan yang haqiqi yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


Daftar Pustaka
• Pokok-pokok Aqidah Muslim, Syaikh Abdul Mun’im Musthafa Halimah. Al-fajri: 2009 Klaten Jawa Tengah
• Tauhid untuk tingkat pemula dan lanjutan karangan DR. Abdul Aziz Bin Muhammad Alu ABD. Latief. Read More..

Bagaimana Menjadi Pendidik Yang Islami, Tarbawi dan Ma’hadi

Bagaimana Menjadi Pendidik Yang Islami, Tarbawi dan Ma’hadi
Oleh: Irwan Maulana Hidayat
Seiring dengan kemajuan teknologi seiring itu pula kemajuan dalam hal kriminal yang timbul. Era globalisasi ini yang penuh dengan banyak sekali permasalahan yang ada baik itu masalah dari individu maupun masyarakat seperti penurunan moral, ketidak tahuan akan pentingnya pendidikan, masalah ekonomi, pengangguran merajalela, kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya norkoba, pemerkosaan di mana-mana, tindak korupsi dikalangan masyarakat atas dan tindakan tindakan kriminal lainnya. Apa yang terjadi dengan kita? Apa yang terjadi dengan masyarakat kita? Dimana peran pendidik sebagai contoh sekaligus petunjuk arah teladan untuk membawa manusia kepada kebahagagiaan dunia dan akhirat? Siapakah yang paling bertanggung jawab dalam hal ini? Mari kita merenung kembali, berfikir sejenak, mulai dari manakah hal ini harus dibenahi? Jawabnya tentu mulai dari pendidikan dalam keluarga, karena keluargalah yang menjadi tolak ukur pertama dan yang utama. Jika pendidikan keluarga sudah memberikan suntikan pendidikan yang islami, tarbawi dan ma’hadi pastinya produk anak didik yang akan terjun kemasyarakat akan baik sehingga terciptalah kedamaian dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimanakah manjadi pendidik yang islami, tarbawi dan ma’hadi? Pendidikan ini yang bertanggung jawab ialah keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pendidikan ialah suatu kegiatan yang produktif. Maka, keberhasilan dari proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pendidik atau guru. Sebab guru figur manusia yang memegang peranan penting terhadap proses kegiatan balajar mengajar. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat urgen dalam proses belajar mengajar. Dalam kamus bahasa Indonesia pendidik ialah orang yang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik ialah orang yang memberikan pendidikan terhadap anak didik. Ahmad Tafsir, mengatakan bahwa pendidik dalam islam sama dengan teori dibarat yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Selanjutnya ia mengatakan bahwa dalam islam orang yang paling bertanggung jawab dalam mendidik ialah orang tua yaitu ayah dan ibu anak didik .
Para pendidik harulah mempunyai dan tahu arti dari islami, tarbawi dan ma’hadi. Islami artinya seorang pendidik haruslah mempunyai sifat dan perilaku berdasarkan pada ajaran islam. Seorang pendidik haruslah mengetahui seluk beluk ajaran agam islam. Karena islamlah yang akan membawa perkembangan sifat dan perilaku baik itu dari pihak pendidik maupun terhadap anak didik menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yang islami ialah harus selalu menampakkan sifat terpuji, jujur, kasih sayang, adil, dan bertanggung jawab terhadap hasil dan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik.
Setelah pendidik memenuhi kreteria sebagai pendidik yang islami maka hal yang harus diperhatikan selanjutnya ialah tarbawi. Pendidik haruslah profesional dalam memberikan suntikan berupa materi yang diajarkan sesuai dengan kemampuan pendidik agar mudah diserap, dimengerti dan dipratekkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Pendidik yang tarbawi ialah pendidik yang mengerti berbagai ilmu dan pengetahuan baik itu berhubungan dengan materi yang diajarkan dan juga mengerti tentang agama islam. Di samping itu guru profesional harus selalu menampakkan sikap terpuji dan menjadi teladan bagi peserta didik seperti yang dikemukakan oleh Sutjipto dan Kasasi yang menyatakan bahwa guru profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat mewujudkan pada masayarakat bahwa ia layak sebagai teladan bagi masayarakat di sekelilingnya.
Yang terakhir ialah pendidik haruslah mengetahui tentang sistem ma’hadi. Dalam pendidikan ma’hadi sangat ditekankan akan pentingnya disiplin. Mulai dari bangun tidur, kegiatan sehari-hari, dalam proses balajar, kehadiran, sampai tidur kembali dan juga disiplin dalam mempratekkan hasil dari proses belajar yang dilakukan baik itu di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Disiplin dalam berbuat baik dan disiplin dalam bersifat terpuji seperti jujur, adil dan bertanggung jawab. Disiplin ini sangatlah berpengaruh terhadap anak didik karena disiplinlah yang akan membawa anak didik selalu melaksanakan segala apa yang telah diajarkan oleh pendidik yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Kita semua menginginkan akan kebahagiaan baik itu di dunia dan di akhirat. Dengan tidak adanya tindakan yang berakibat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Maka dengan adanya pendidikan yang islami, tarbawi dan ma’hadi akan membawa pendidik dan anak didik menuju kepada kebahagian dan keselamatan dunia dan akhirat sesuai dengan tujuan dari pendidikan islam yaitu mengarahkan manusia agar menjadi khilafah tuhan di mika bumi ini dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak tuhan. Mengarahkan mausia agar beraklak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahan dan yang paling penting ialah agar manusia dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

Daftar Pustaka
• Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. hal 106.
• Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Bandung: Remaja Rosada Karya, 1964. cet 2 hal 74. Read More..

face book