anda pingin amal shodaqoh,,,?

Tafsir adzariyat

IBADAH HANYA KEPADA ALLAH SEMATA
Oleh: Irwan Maulana Hidayat

                     •                                      •                     



49. Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
50. Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
51. Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.
52. Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila."
53. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.
54. Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu sekali-kali tidak tercela.
55. Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
57. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.

Dalam Tafsir Al-Qur’annul Majid ayat 49 diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan makluk berpasang-pasang, yang berlawanan keadaannya. Kami jadikan bahagia dan celaka, petunjuk dan kesesatan, siang dan malam, langit dan bumi, hitam dan putih, supaya manusia mengambil pelajaran dan menyakini bahwa Allahlah yang berhak disembah, dan Dialah Tuhan yang Maha Esa. Tafsir ayat selanjutnya, katalanlah, hai Muhammad, kepada orang-orang musrik : “bersegeralah kamu bertobat kepada Allah. Ikutilah perintah dan jauhilah larangan-Nya.”
Dalam tafsir Al-Azar ayat 49 menyatakan bahwa Allah menciptakan makluk-Nya berpasang-pasang, berlaki-laki dan berperempuan, dan diperkecil lagi yang bersuami istri. Semua dijadikan Allah segala dua atau sepasang dua. Maka seluruh alam yang diciptakan oleh Allah ini, dijadikan dengan sendiri dan tidak berarti, atau kurang artinya selama dia masih dalam keadaan sendiri. Hanya Allah saja yang ada sendirinya. Tidak ada sesuatau yang jadi pasangan-Nya. Untuk itu Allah menyatakan diujung ayat “supaya kamu semuanya ingat.” Ingat bahwa kitalah yang berkehendak kepada Allah, sedang Allah tidak berkehendak kepada kita. Dan supaya ingat pula bahwa semua kita berpasangan. Tetapi Allah tetap tunggal.
Tafsir ayat selanjutnya, hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang kafir :” aku ini hanyalah seorang pemberi dari kepada Allah. Aku memperingati kamu dengan siksa-Nya yang telah menimpa umat-umat terdahulu, seperti yang sudah dikisahkan dalam yang telah lalu. Aku ini seorang rasul yang menjelaskan tentang apa yang wajib atas dirimu.”
Dalam ayat 50 tafsir Al-Azar menjelaskan bahwa “maka segerahlah berlari kepada Allah.” inilah peringaatan dari Tuhan Allah kepada kita, bahwasannya dari pasangan seorang laki-laki dan prempuan, tegasnya pertemuan ayah dan bunda, kita ini telah berada diatas dunia untuk masa yang tidak diketahui, lama ataupun cepat. Maka bila datang waktunya itu, kita pun kembali kepada Tuhan, mati. Dengan ayat ini kita diingatkan bahwa perjalaanan hidup kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah juga. Di ayat ini kita disuruh menyadari hal itu. Maka segerahlah kembali kepadaa-Nya. Artinya segera ingat, segera insaf bahwa perjalanan hidup ini ada tujuannya yaitu Tuhan, sehingga panggilan itu datang, kita sudah siap. “Sesungguhnya aku adalah pemberi ingat yang nyata dari Dia.” Ujung ayat ini adalah keterangan yang Allah suruh sampaikan kepada kita oleh nabi Muhammad SAW
Dalam Tafsir Al-Qur’annul Majid Ayat 51 menjelaskan larangan bahwa janganlah kamu menyembah selain Allah. Sebab, hanya Allahlah yang berhak disembah dan berhak menerima ibadat para hambanya, aku ini hanyalah seorang rasul, tegas Muhammad. Aku diutus untuk memberikan peringatan dan menakut-nakuti kamu atas siksa-Nya, karena kamu menyembah yang selain Allah.
Dalam tafsir Al-Azhar, dan janganlah kamu jadikan bersama Allah itu tuhan yang lain.” Janganlah dipecah pikiran, melainkan bulatkan kepada Allah. Karena kalau diingat lagi sesuatu selain Allah, tidaklah bulat ma’rifat. Mempersekutukan Allah dengan yang lain membuat hidup kita selamanya menjadi pecah. Ibarat orang membuat hitungan horizontal, ukuran bulat, maka garis-garis yang ditarik kepada segala pihak, tidak mungkin berbilang asal, mesti berasal dari satu pihak. Kalau tidak begitu niscaya kacaulah cara berfikir kita. Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata dari Dia. Dalam ayat ini rosulullah SAW diperintahkan oleh Tuhan menjelaskan bahwa beliau diutus Allah kedunia ini memberi peringaatn yang nyata dari Tuhan.
Peringatan yang nyata itu ialah tauhid, bahwasannya Tuhan Allah itu adalah Esa. Tidak dia bersekutu dengan yang lain. Pendirian itu adalah nyata dan jelas. Dia tidak beranak dan diperanakan. Kalau ada orang yang mengaku bertuhan kepada Allah, padahal dalam kenyataannya dia pun menyembah juga kepada yang lain, diancamlah dia dengan peringatan yang keras, bahwa amalnya itu tidak diterima.
“Demikianlah, tidaklah datang dari sebelum mereka seorang rosul, melainkan mereka katakan dia tukang sihir atau orang gila.” (ayat 52). Ayat ini memberi peringatan kepada nabi SAW yang diujung ayat 50 dan 51 mengakui bahwa beliau ditugaskan Tuhan manyampaikan peringatan yang nyata, yang terus terang. Namun peringatan yang nyata tidak selalu diterima. Nabi SAW kerena menyampaiakn peringatan yang nyata telah seenahnya saja dituduh tukang sihir atau dituduh orang gila. Ayat 52 memberi ingat kepada nabi SAW bahwa tuduhan begini adalah lumrah! Nabi-nabi sebelum nabi SAW karena menyampaikan peringatan ini juga telah dituduh yang serupa. Dituduh tukang suhir atau orang gila.
Dalam Tafsir Al-Qur’annul Majid Ayat 52 berbagai masalah yang hak (benar) seperti yang dijelaskan kepadamu dengan perantara wahyu itulah yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu terhadap nabi masing-masing. Mereka menuduh nabinya itu seorang tukang sihir atau mengatakan rasulnya seorang yang gila.”
Dan ayat 53 apakah umat-umat yang telah lalu selalu meneruskan ucapan yang keji itu, sehingga ucapan semacam itu sampai kepadamu, hai Muhammad? masalah itu memang suatu hal yang mengherankan. Sesungguhnya kesesatan yang mempersatukan kaum yang telah lalu dengan kaummu.
Dalam tafsir Al-Azhar ayat 53 yang artinya apakah menuduh Nabi-nabi yang menyampaikan peringatan yang nyata itu lalu sama dengan orang gila oleh orang dahulu dan oleh orang yang datang kemudian yang sama saja nada tuduhannya, bahwa orang orang yang datang terlebih dahulu agar sama saja coraknya. Seakan-akan mereka telah sepakat disegala zaman buat memberikan tuduhan demikian? Di zaman kita sekarang ini, setelah 14 abad sesudah nabi saw wafat ,masih ada yang mengajak manusia hidup sebagai dizaman rosul saw? Apakah orang yang becakap-cakap begini bukan tukang sihir atau orang gila.
Dalam Tafsir Al-Qur’annul Majid Ayat 54 , Oleh karena itu, hai rasul, berpalinglah kamu dari mereka dan janganlah kau bersedih hati atas sikap mereka yang enggan memeluk agama islam. Sebab, kamu telah mengeluarkan semua kemampuan untuk mengajak mereka kepada kebenaran. Kau hanyalah seorang rasul yang diutus untuk menyampaikan seruan Ilahi.
Dalam Tafsir Al-Qur’annul Majid Ayat 55 , tetaplah kamu memberi pengajaran dan nasehat kepada mereka. Sebab, pengajaran dan nasihat itu berguna bagi orang-orang mukmin dan orang-orang yang mau menerima petunjuk. Diriwayatkan oleh ibn jabir, ibn jarir, ibn Abi Hatim dan Al-Baihaqi dari mujahid dari Ali ra : “ ketika turun ayat itu 54, kami semua menyakini bahwa kami akan menghadapi kebinasaan, karena Allah menyuruh nabinya berpaling dari kami. Tetapi setelah turun ayat 55 barulah hati kami menjadi tenang. Mengapa, hai Muhammad, kamu diperintahkan untuk memperingati umat manusia? kamu diperintahkan untuk memperingatkan bahwa jin dan manusia tidak dicipta kecuali untuk ibadah kepada-Ku. Jin dan manusia dijadikan Allah untuk beribadat kepadanya. Tegasnya Allah menjadikan kedua mahkluknya itu sebagai mahkluk-mahkluk yang mau beribadat, diberi akal dan panca indra yang mandorong mereka menyembah Allah. Untuk beribadah tujuan mereka dicipta.
Oleh karena itu ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengna firman Allah yang menjelaskan bahwa Allah telah membuat kebanyakan manusia dan jin untuk menempati jahanam. Ada riwayat yang meyebutkan bahwa makna ayat ini adalah :” Aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya Aku menyuruh mereka untuk mengerjakan beberapa perintah dan mencegah beberapa larangan.
Segolongan ahli tafsir bependapat bahwa makna ayat ini adalah Aku (Allah) tidaklah menjadikan manusia dan jin melainkan supaya tunduk dan merendahkan diri kepada-Ku. Karena itu tiap mahkluk baik jin ataupun manusia tunduk kepada ketetapan dan kehendak Allah.
Kesimpulan : Dalam ayat ini Allah menyampaikan beberapa bukti yang menunjukkan kepada ke-Esaan Allah dan kebesaran-Nya yaitu penciptaan langit dan bumi, hewan yang berpasang-pasang , tumbuh-tumbuhan yang juga berpasang-pasang dan sifat alam semesta ini. Selanjutnya Allah menyuruh kita supaya berpegang teguh kepada tali-Nya. Sebagaimana orang-orang Quraisy mendustakan Rosul Muhammad begitu pula umat-umat terdahulu mendustakan rosul-Nya masing-masing. Maka mereka dibinasakan oleh Allah.
Pada akhirnya Allah menegaskan bahwa dia manjadikan jin dan manusia supaya mereka mengerjakan yang makruf dan mencegah yang mungkar. Untuk itu Allah menciptakan jin dan manusia bukan untuk mencari rejeki bagi-Nya atau untuk makanan bagi-Nya.
Setelah Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang musrik itu berada dalam perkataan yang berbeda-bedadan tetap, sebagian nya tidak cocok dengan sebagian yang lain. Yakni ketika mereka mengatakan: pecipta langit dan bumi adalah Allah

1. PENGERTIAN IBADAH

      
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (QS. Az-Zariyat :56) .

Tafsir diatas ialah merupakan tujuan dan hakekat manusia dan jin diciptakan di muka bumi ini. Ibadah secara bahasa ialah merendahkan diri dan tunduk. Sedangkan secara istilah, ulama banyak memberikan makna. Diantaranya menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu: Suatu kata yang meliputi segala perbuatan dan perkataan, zhohir maupun batin yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh SWT..Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan.
Pengertian ibadah ialah yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal: Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya. Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya.
Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.
1. Syarat Diterimanya Amal Ibadah

                         

“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al Kahfi: 110).
Tafsir ayat diatas ialah merupakan syarat yang harus dilaksanakan agar seseorang yang ingin atau mengharapkan kehadiran dan perjumpaan dengan Allah maka harus memenuhi dua syarat yaitu Ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wassalam). Kedua syarat ini terangkum dalam firman Allah diatas. Beramal sholih maksudnya yaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi, dan tidak mempersekutukan dalam ibadah maksudnya mengikhlashkan ibadah hanya untuk Allah semata.
Hal ini diisyaratkan pula dalam firmanNya:
“(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Alloh, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(Al-Baqoroh: 112).
Menyerahkan diri kepada Allah berarti mengikhlashkan seluruh ibadah hanya kepada Allah saja. Berbuat kebajikan (ihsan) berarti mengikuti syari’at Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Syarat pertama (ikhlash) merupakan konsekuensi dari syahadat pertama (persaksian tiada sesembahan yang benar kecuali Alloh semata). Sebab persaksian ini menuntut kita untuk mengikhlashkan semua ibadah kita hanya untuk Alloh saja. Sedang syarat kedua (mutaba’ah) adalah konsekuensi dari syahadat kedua (persaksian Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa sallam- sebagai hamba dan utusan-Nya)
2. Ikhlash dalam Ibadah
Seluruh ibadah yang kita lakukan harus ditujukan untuk Allah semata. Walaupun seseorang beribadah siang dan malam, jika tidak ikhlas (dilandasi tauhid) maka sia-sialah amal tersebut. Allah berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5)
Maksud dari ayat diatas ialah sungguh beruntunglah seseorang yang selalu mengawasi hatinya, kemanakah maksud hati tatkala ia beribadah. Apakah untuk Allah, ataukah untuk selain Allah. Amalan yang dapat merusak ibadah ialah Amalan riya’ semata-mata yaitu amalan itu dilakukan hanya supaya dilihat makhluk atau karena tujuan duniawi. Amalan seperti ini hangus, tidak bernilai sama sekali dan pelakunya pantas mendapat murka Allah. Amalan yang ditujukan kepada Allah dan disertai riya’ dari sejak awalnya, maka nash-nash yang shohih menunjukkan amalan seperti ini bathil dan terhapus. Amalan yang ditujukan bagi Alloh dan disertai niat lain selain riya’. Seperti jihad yang diniatkan untuk Allah dan karena menghendaki harta rampasan perang. Amalan seperti ini berkurang pahalanya dan tidak sampai batal dan tidak sampai terhapus amalnya.
3. Hikmah Dari Penciptaan Jin dan Manusia.
Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia sebagai suatu yang sia-sia
dan tidak berguna. Dia juga tidak menciptakan mereka untuk makan, minum, senda gurau dan bermain serta tertawa.
Dia menciptakan mereka tidak lain adalah untuk suatu perkara yang besar yaitu untuk menyembah Allah SWT, Dengan mengesakan, mengagungkan, membesarkan, dan mentaati-Nya dan juga dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.
Manusia dapat mengetahui Jalan Ubudiyah (beribadah). Ibadah kepada Allah SWT dibangun di atas dua pondasi yang besar yaitu: cinta yang sempurna kepada Allah SWT dan ketundukan yang sempurna pada-Nya. Dan keduanya juga dibangun di atas dua dasar yang besar, yaitu: Pertama Merasa diawasi oleh Allah SWT dan mengingat nikmat, karunia kebaikan, dan rahmat-Nya yang mengharuskan kita mencintai-Nya. Kedua mengoreksi cacat dalam diri dan perbuatan yang menyebabkan
kehinaan dan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT.
Pintu terdekat yang memasukkan hamba kepada Rabb-nya adalah pintu iftiqar (menghinakan diri) kepada Rabb-nya. Maka, dia tidak melihat dirinya kecuali seorang yang merugi dan dia tidak melihat adanya kondisi dan Allah tidak menghendaki rezki sedikitpun dari siapa saja dan Allah tidak menghendaki supaya siapa saja yang membangkang untuk memberi-Ku makan.



Daftar Pustaka

• Tafsir Al-Qur’annul Majid An-Nur 5 surat (42-114). Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. PT.Pustaka Rizki Putra. Semarang. 1999
• Tafsir Al-Azhar JUZU’ 27 surat adzariyat ayat 49-56. Prof. Dr H. Abdul Karim Amrullah (HAMKA). Pustaka Panjimas, Jakarta. 1978.

0 komentar:

Posting Komentar

face book